Perkuliahan Ke 1 Manajemen Mutu
Yulia Anggraini M.Kesos
SEJARAH
PERKEMBANGAN MANAJEMEN MUTU
Proses
perkembangan menuju era mutu merupakan proses yang cukup panjang dengan
melewati berbagai pengalaman dan pendekatan metode yang bermacam-macam. Perkembangan
mutu yang terjadi tidak lepas dari awal perubahan era menuju era industri
dimana mulai dipergunakannya mesin-mesin untuk membantu proses produksi. Secara
garis besar perkembangan atau evalusi mutu adalah sebagai berikut:
1. Era Tanpa
Mutu
2. Era Inpeksi
3.
Era Pengendalian Mutu
4.
Era Jaminan Mutu
5.
Era Manajemen Mutu Terpadu
6.
Era Sistem Manajemen Mutu (ISO)
1. Era Tanpa Mutu
Merupakan era dimana persaingan belum terjadi oleh
karena produsen atau pemberi pelayanan belum banyak, sehingga pelanggan pun
belum diberi kesempatan untuk memilih. Hal ini terjadi pula pada organisasi
pemberi pelayanan publik. Pada lembaga pelayanan publik yang dikelola oleh
pemerintah, masyarakat sebagai pelanggan tidak diberikan hak untuk menuntut
mutu pelayanan yang lebih baik atau yang diharapkan. Keadaan ini menyebabkan
mutu pelayanan organisasi publik belum menjadi penilaian pengguna hanya
mengutamakan yang penting ada dan dapat dipergunakan saja.
2. Era Inpeksi
Era ini dimulai oleh perusahaan – perusahaan yang
memproduksi barang, hal ini terjadi karena mulai adanya persaingan antar
produsen. Dengan demikian tiap perusahaan mulai melakukan pengawasan terhadap
produknya. Pada era ini juga mulai dilakukan pemilahan mutu barang yang dilakukan
melalui inspeksi. Namun mutu produk hanya pada atribut yang melekat pada
produk. Oleh karena itu mutu hanya dipandang produk yang rusak, cacat atau
hanya pada penyimpangan dari atribut yang sehartusnya melekat pada produk
tersebut. Era ini menekankan pada deteksi masalah, keseragaman produk serta
pengukuran dengan alat ukur yang dilaukan oleh yang berfungsi menginpeksi Fokus
perusahaan terhadap mutu belum besar dan terbatas pada produk akhir yaitu
dilihat yang cacat atau rusak yang dibuang sedang yang baik yang dilepas ke
konsumen.
Era inspeksi ditandai dengan perhatian yang rendah
dari pihak manajemen terhadap mutu produk. Tanggung jawab terhadap mutu produk
didelegasikan pada departemen inspeksi yang bertugas hanya pada pendeteksian
dan penyisihan produk yang tidak memnuhi sysrat kualitas dari produk yang baik.
Pada era ini belum ada perhatian terhadap kualitas proses dan sistem untuk
merealisasikan produk tersebut
3. Era
Pengendalian Mutu
Era Pengendalian Mutu dimulai sekitar tahun 1930 an.
Era ini disebut juga era stastical control, yang lebih menekankan pada
pengendalian, keseragaman produk dan pengurangan aktivitas inspeksi serta
dilakukan Departemen Teknis dan Departemen Inspeksi. Pada era ini pula
diperkenalkan pandangan baru terhadap konsep Walter A Shewart, .Menurut
pandangan ini mutu produk merupakan serangkaian karakteristik yang melekat pada
produk yang dapat diukur secara kuantitatif.
Di Era statitical quality control atau jaman
pengendalian mutu, manajemen telah mulai memperhatikan pentingnya pendeteksian
yaitu dengan cara departemen inspeksi sudah mulai dilengkapi dengan alat dan
metode statistik di dalam mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam atribut
produk yang dihasilkan dari proses produksi. Terdapat perubahan dalam penanganan
mutu produk yaitu hasil detetksi yang secara statistikal dari penyimpangann
mulai dipergunakan oleh departemen produksi untuk memperbaiki proses dan sistem
produksi.
4. Era Jaminan
Mutu
Era jaminan mutu ini dimulai pada sekitar tahun
1960-an yang menekankan pada koordinasi, pemecahan masalah secara proaktif..
Pada era ini mulai dikenal adanya konsep total Quality Control (TQC) yang
diperekenalkan oleh Armand F pada tahun 1950. Jaminan mutu merupakan seluruh
perencanaan dan kegiatan sistimatik yang diperlukan untuk memberikan suatu
keyakinan yang memadai bahwa suatu barang atau jasa dapat memenuhi persyaratan
mutu.
Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang
difokuskan pada peningkatan kemampuan untuk memenuhi persyaratan mutu. Oleh
karena itu jaminan mutu dilaksanakan secara berkesinambungan sistimatis,
objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab, masalah mutu
pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetpakan dan selanjutnya menetapkan
serta melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang
tersedia, menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuj
lebih meningkatkan mutu pelayanan. (Azwar, 200) .
Sejak era inilah peran manajemen mulai diperhitungkan
untuk terlibat dalam penentuan dan penanganan mutu produk. Selain itu dalam era
jaminan mutu ini pula mulai diterapkan bukan hanya pada industri manufaktur,
tetapi juga pada industri jasa.
Di Indonesia era ini berkembang ditandai dengan dibentuknya Gugus Kendali Mutu (GKM) di masing - masing bagian atau divisi pada setiap organisasi. Kegiatan GKM ini diprakarsai oleh Departemen Perindustrian dan Departemen Tenaga Kerja, kemudian diikuti oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Lainnya.
Di Indonesia era ini berkembang ditandai dengan dibentuknya Gugus Kendali Mutu (GKM) di masing - masing bagian atau divisi pada setiap organisasi. Kegiatan GKM ini diprakarsai oleh Departemen Perindustrian dan Departemen Tenaga Kerja, kemudian diikuti oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Lainnya.
Pada era ini GKM digalakkan bukan hanya secara
parsial, tetapi lebih bersifat nasional. Hal ini terlihat dengan dilakukannya
konvensi GKM tingkat kabupaten, tingkat provinsi dan tingkat nasional.
Menyimak konsep era Statistical Control ini dapat
diterapkan tidak hanya pada parusahaan manufaktur, maka sejak era ini pula
Manajemen Mutu mulai diterapkan pada organisasi non barang atau organisasi
jasa, seperti pada rumah sakit, puskesmas dan lain-lain
5.
Era Manajemen
Mutu Terpadu
Total Quality Management (TQM) dimulai pada tahun 1980
– an, era ini menekankan pada manajemen stratejik. TQM merupakan suatu sistem
yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara
berkesinambungan kepuasan pelanggan pada titik penekanan biaya agar sama dengan
biaya yang sesungguhnya untuk menghasilkan dan memberikan pelayanan. TQM juga
sebuah upaya untuk mencapai keunggulan kompetitif serta mengutamakan kebutuhan
pasar dan konsumen yang dilakukan oleh setiap orang dalam organisasi dengan
leadership yang kuat dari pimpinan.
Management mutu terpadu atau Total Quality Management
disebut pula Continous Quality Improvemnt (CQI). Total Quality yang berarti
komitmen dan pendekatan yang digunakan secara terus menerus untuk meningkatkan
setiap proses pada setiap bagian organisasi.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk memenuhi
bahkan melampui harapan dan outcome dari customer. Tujuan dari diterapkan TQM
perlu adanya perubahan budaya serta komitmen dari seluruh jajaran mulai
pimpinan puncak sampai level terbawah.
Agar TQM dapat berkelanjutan maka organisasi harus
didukung oleh budaya yang mendukung yang menekankan pada kerja kelompok,
pemberdayaan dan partisipasi karyawan, peningkatan terus menerus fokus pada
pelanggan serta kepemimpinan yang tepat. Prinsip TQM secara keseluruhan proses
produk maka titik beratnya pada penanganan kualitas pada seluruh aspek
organisasi
6.
Era Sistem
Manajemen Mutu (ISO)
Era ini
dimulai pada sekitar tahun 1943 yaitu pada masa perang dunia II, dimana sekutu
mulai mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan peledak Hal ini terkait
dengan mutu bahan peledak untuk keperluan militer terutama oleh pasukan
Inggris.
Berdasarkan
keadaan tersebut pihak militer Inggris mengembangkan serangkaian standar yang
secara umum dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menyediakan
produk bermutu tinggi serta konsisten bagi kepentingan bahan militer . Pada
akhir tahun 1960, disusun standar sistem mutu AQAP (Allied Quality Assurance
Publicators) yaitu pengembangan standar yang sudah ada sebagai sistem kendali
dengan tujuan utamanya adalah untuk mengendalikan pemasok dalam pemenuhan
persyaratan.
Pada tahun
1979 anggota ISO untuk Inggris yaitu Britihs Standard Institute, menyerahkan
proposal kepada ISO agar dibentuk suatu komite teknis baru untuk menyiapkan
standar internasional yang berkaitan dengan teknik dan praktik penjaminan mutu,
maka dibentuklah komite teknis baru dengan nomor ISO/TC 176. Sebagai hasil
kerja ISO/TC 176, pada tahun 1987 dipublikasikan seri standar ISO 9000 yaitu
sistem manajemen mutu yang merangkum sebagian besar standar sebelumnya disamping
peningkatan dan penjelasan standar baru.
Dampak nyata
dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang paling nyata
adalah semakin hilangnya batas-batas negara yang biasa disebut dengan
globalisasi. Globalisasi berdampak pada kuatnya iklim persaingan antara
berbagai macam bidang yang dahulunya mampu di proteksi oleh peraturan suatu
negara. Iklim persaingan yang semakin kuat tersebut menuntuk keharusan agar
semua organisasi yang ada harus mampu membuat produk yang bermutu.
Organisasi, yang merupakan
salah satu sistem sosial umat manusia yang tidak dapat menghindari dampak dari
kemajuan tersebut. Organisasi dituntut untuk memenuhi tuntutan tersebut, untuk
itulah dibutuhkan kapasitas manajemen dengan karakteristik;
1.
Bergerak
secara lebih efektif atas dasar visi dan misinya
2.
Selalu
berusaha memenuhi pelanggan
3.
Kegiatannya
bersifat proaktif
4.
Mengejar daya
saing
5.
Anggotanya
lebih tekun bekerja (industrious)
6.
Anggotanya
harus lebih giat berusaha (entreprising)
7.
Pimpinannya
mau mengerahkan seluruh karyawan dengan pemberdayaan (empowerment),
pimpinannya mendorong karyawan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan
kecakapan supaya mutakhir dan relevan dengan tugas
8.
Perencanaannya
terpadu, pelaksanaan dan pengendalian terdesentralisasi (Hardjosoedarmo, 1997).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar